PENGELOLAAN
DISTRIBUSI BAHAN AJAR DI UNIVERSITAS TERBUKA
Universitas
terbuka (UT) sebagai institusi pendidikan Tinggi jarak Jauh(PTJJ) mempunyai
peranan penting dalam peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia.
Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) dapat bersifat masal karena pada pendidikan ini
terdapat jarak ruang dan waktu antara pendidik dan peserta didik (Keegan,1991).
Keterpisahan ruang antara dosen dan mahasiswa pada PTJJ menyebabkan UT sebagai
institusi PTJJ tidak perlu menyediakan ruang kelas bagi mahasiswanya.Perbedaan waktu mengajar dosen dengan waktu belajar mahasiswa terjadi di PTJJ karena proses belajar mengajar terjadi dengan cara dosen mengembangkan bahan ajar pada awal proses pengajaran, untuk selanjutnya bahan ajar tersebut digunakan oleh mahasiswa untuk belajar secara mandiri.
institusi PTJJ tidak perlu menyediakan ruang kelas bagi mahasiswanya.Perbedaan waktu mengajar dosen dengan waktu belajar mahasiswa terjadi di PTJJ karena proses belajar mengajar terjadi dengan cara dosen mengembangkan bahan ajar pada awal proses pengajaran, untuk selanjutnya bahan ajar tersebut digunakan oleh mahasiswa untuk belajar secara mandiri.
Mahasiswa PTJJ
yang mempelajari bahan ajar secara mandiri, bukan berarti mahasiswa belajar
seorang diri (Holmberg, 1986), karena selain belajar sendiri mahasiswa juga
dapat membentuk kelompok belajar atau mengikuti tutorial. Di UT hasil belajar
mahasiswa dievaluasi secara formatif melalui latihan-latihan dan tes yang
terdapat dalam bahan ajar dan tugas mandiri (TM). Apapun bentuk pada PTJJ,
materi utama dalam pembelajarannya terfokus pada bahan ajar yang ditulis oleh para
dosen. Bahan ajar pada institusi PTJJ berfungsi sebagai pengganti dosen
sehingga bahan ajar tersebut harus dapat dipelajarisecara mandiri oleh
mahasiswa. Pada bahan ajar di PTJJ dikembangkan dalam bentuk tertulis yang berupa
bahan ajar cetak meskipun sebagian disertai dengan suplemen yang berbentuk
bahan ajar multi media.
Demikian juga
bahan ajar di UT, semua dikembangkan dalam bentuk tercetak, sebagian dari bahan
ajar cetak ini disertai dengan bahan ajar yang disajikan dalam media lain
seperti : kaset audio, video, atau disket maupun Compact Disk (CD).Mahasiswa UT
secara garis besar dapat digolongkan atas dua jenis, yaitu :
1. Mahasiswa
yang belajar di UT dengan inisiatif sendiri
Mahasiswa jenis ini
dilayani oleh UT secara individual dan disebut mahasiswa reguler.
2. Mahasiswa
yang belajar di UT karena kebutuhan suatu institusi.
Mahasiswa jenis ini
dilayani secara institusional atau terkoordinasimelalui kerjasama UT dengan
suatu institusi, biasanya mahasiswa ini diberi beasiswa oleh institusi
bersangkutan dan mahasiswa ini disebut mahasiswa kerjasama. Contohnya :
guru-guru SD yang menempuh program D-II ataupun S-1 merupakan contoh mahasiswa
yang dilayani secara terkoordinasi.
Data
mahasiswa untuk kedua jenis mahasiswa ini dipisahkan antara mahasiswa aktif dan
mahasiswa non aktif. Mahasiswa non aktif adalah mahasiswa yang tidak melakukan
registrasi dalam empat semester berturut-turut.
Perbedaan
antara mahasiswa reguler dengan mahasiswa kerja sama
No
|
Mahasiswa Reguler
|
Mahasiswa Kerja Sama
|
Dapat
meregistrasi mata kuliah yang akan diikuti
|
Mata
kuliah sudah ditentukan paket mata kuliah
|
|
2.
|
Jadwal
ujian bulan Mei (semester ganjil)&November (semester genap)
|
Jadwal
ujian bulan Juli(semester ganjil) dan desember (semester genap)
|
Jika
tidak lulus pada mata kuliah tertentu dapat mengulang ujian pada semester
berikutnya
|
Jika
tidak lulus pada mata kuliah tertentu dapat mengulang ujian pada tahun
berikutnya
|
|
Tidak
wajib membeli bahan ajar, bisa dipinjam atau membaca di perpustakaan
|
Wajib
memiliki bahan ajar karena biaya pendidikan sudah meliputi bahan ajar
|
Keseriusan
UT dalam menangani manajemen pendistribusian bahan ajar ini tertuang dalam
salah satu butir Rencana Strategis (Renstra) UT, yaitu UT akan “menata sistem
dalam pengelolaan proses belajar mengajar melalui pendidikan tinggi jarak jauh
agar terjadi pemerataan kesempatan bagi masyarakat untuk memperoleh pendidikan
tinggi”.
Prioritas
utama yang dilakukan UT untuk mencapai upaya ini adalah meningkatkan daya
jangkau pelayanan dengan memanfaatkan teknologi dan jaringan termasuk
pemberdayaan sumber belajar di daerah. Prioritas ke dua diarahkan pada
pemanfaatan jaringan yang ada melalui kemitraan dengan berbagai pihak.
A.
Peran
Distribusi dalam PTJJ
Dengan
memperhatikan jenis mahasiswa, sistem layanan kepada mahasiswa, jumlah
mahasiswa dan ketersebaran mahasiswa maka UT berkewajiban mempersiapkan bahan
ajar. Untuk mendukung hal ini, maka ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
dalam mendistribusikan bahan ajar :
1. Geografi
dan Demografi Indonesia
Indonesia
adalah negara kepulauan yang terbagi atas tiga wilayah yaitu indonesia bagian
barat, tengah, dan timur. Sebagian besar penduduk Indonesia terdapat di wilayah
Indonesia bagian barat sehingga sebagian besar mahasiswa UT berada di Indonesia
bagian barat. Ketersebaran penduduk ini berpengaruh kepada sarana transportasi
di wilayah tersebut.
Sarana
transportasi Indonesia bagian barat jauh lebih baik dibandingkan dengan wilayah
Indonesia lainnya. Sebagian besar daerah di Sumatera, Jawa, Bali dan Lombok
dapat dijangkau dengan mobil. Sedangkan wilayah Indonesia Timur, alat
transportasi yang menghubungkan ibu kota propinsi dengan beberapa kota
kabupaten lainnya adalah kapal laut dan pesawat udara. Kondisi alam dan sarana
transportasi pada masing-masing wilayah ini berdampak terhadap operasional
pelayanan mahasiswa UT.
2. Jadwal
Pengelolaan Bahan Ajar
Penyiapan
bahan ajar membutuhkan waktu pengiriman yang berbeda yang dapat digolongkan
atas dua jenis yaitu : bahanajar terbitan baru dan bahan ajar terbitan lama.Karena
ketatnya jadwal kegiatan di masing-masing unit pelaksana dan waktu pengiriman
bahan ajar tersebut maka akurasi data mahasiswa sangat menentukan kualitas
kinerja pelaksanaan pendistribusian bahan ajar.
3. Akurasi
Data dan Tujuan Pengiriman
Proses
pendistribusian bahan ajar akan dilakukan berdasarkan permintaan tertulis dari
UPBJJ. Tiga jenis data yang sangat dibutuhkan oleh UPBJJ dalam melakukan
prediksi kebutuhan ajar mahasiswa diwilayahnya, yaitu :
a. Data
mahasiswa registrasi pada beberapa semester sebelumnya.
b. Data
hasil penjualan bahan ajar di UPBJJ bersangkutan, juga sangat penting sebagai
data pendukung untuk melakukan prediksi.
c. Data
mahasiswa yang diberi beasiswa oleh instansi lain didaerah wilayah UPBJJ
tersebut bekerja sama dengan UT
B.
Pengelolaan
Sistem Distribusi Bahan Ajar
Peningkatan percapaian pengolahan data
di UT Pusat belum seluruhnya mengakibatkan meningkatnya kinerja pendistribusian
bahan ajar. Karena itu sejak tahun 2000, UT mengembangkan aplikasi komputer
untuk pengolahan bahan ajardi UPBJJ. Untuk mendukung terlaksananya pendataan
yang baik sejak tahun 2001 UT Pusat bersama dengan UPBJJ melakukan stok opname
ajar di UPBJJ. Mulai saat itu, data bahan akar yang tercatat pada masing-masing
UPBJJ merupakan data awal dari perhitungan pengadministrasian bahan ajar di
UPBJJ. Dengan demikian,berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengolahan
aplikasi ini, UPBJJ akan membuat laporan ketersediaan akan penjualan bahan ajar
di UPBJJ untuk setiap bulannya. Data ini sangat dibutuhkan dalam menetapkan
tiras bahan ajar yang akan direproduksi.
Penetapan tiras reproduksi bahan ajar
adalah suatu kegiatan koordinatif yang melibatkan beberapa unit kerja di
UT-pusat untuk membuat suatu prediksi kebutuham bahan ajar yang akan digunakan oleh
mahasiswa pada semester berikutnya. Kegiatan ini sangat penting dilakukan
karena tiga hal :
1. Ketersebaran
mahasiswa pada lokasi yang mempunyai masalah dalam sarana transportasi,akan
berdampak kepada waktu kirim bahan ajar tersebut.
2. Bahan
ajar UT bukan hanya digunakan oleh mahasiswa UT, namun juga digunakan oleh
instansi lain. Hal ini merupakan suatu peluang bisnis yang baik bagi UT.
3. Layanan
UT terhadap mitra kerjasama yang memberi beasiswa kepada karyawan instansi
tersebut,harus dapat memberikan citra positif.
Penetapan
tiras di UT Pusat dilakukan dengan menggunakan beberapa data pendukung :
1.
Data prediksi kebutuhan
bahan ajar dari setiap UPBJJ
2. Data
hasil penjualan bahan ajar di UPBJJ untuk beberapa semester dan data stok bahan
ajar terakhir di UPBJJ.
3. UT
pusat melakukan analisis terhadap pola registrasi mahasiswa berdasarkan data
registrasi mahasiswa untuk setiap mata kuliah yang ditawarkan pada beberapa
semester sebelumnya.
4. Data
mata kuliah yang ditawarkan pada semester tersebut
5. Data
stok terakhir di UT pusat
6. Data
perkiraan kontrak kerja sama yang akan dilakukan UT dengan pemda atau instansi
lainakan memberikan beasiswa kepada karyawan yang di instansi tersebut.
Pengelompokan
atas dasar fakultas merupakan salah satu contoh pengelompokan bahan ajar. Hal
ini dilakukan mengingat ada fakultas yang mempunyai banyak program studi namun
jumlah mahasiswa aktif perprogram studi tidak besar. Pengelompokan yang lainnya
adalah untuk bahan ajar multimedia. Bahan ajar ini membutuhkan proses
penggabungan atau perakitan terlebih dahulu sebelum ditata dalam bentuk paket
bahan ajar multimedia. Pengelompokan lainnya adalah untuk bahan ajar mahasiswa
PGSD.
Sistem
paket mata kuliah persemester bagi mahasiswa PGSD menyebabkan bahan ajar untuk setiap
mata kuliah harus dikemas menjadi paket untuk semester tertentu, karena
sebahagian besar mahasiswa PGSD menerima beasiswa, maka pengadaan bahan ajar
tetap dicetak sesuai dengan kebutuhan. Persiapan pengiriman bahan ajar di Pusat
Distribusi melibatkan 3 bidang pekerjaan, yaitu :
a. Pengambilan
bahan ajar dari lokasinya
b. Pengemasan
dalam box secara sistematik sesuai DO (delivery order) untuk mempermudah
pengecekan penerimaan bahann ajar ditujuan,
c. Pengemasan
dalam karung/kantong sesuai dengan standar pengiriman.
C.
Pemanfaatan
Jaringan dan Mitra Kerja
Untuk
mengetahui keberadaan bahan ajar, UT berkoordinasi dengan jasa angkutan yang
digunakan. Dalam penentuan perusahaan jasa angkutan bahan ajar, terdapat
beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan, yaitu :
1. Jaringan
yang dimiliki oleh perusahaan tersebut di daerah atau akses perusahaan tersebut
ke daerah-daerah terutama daerah yang sarana transportasinya sangat terbatas.
2. Kecepatan
angkutan (lead time)
3. Harga
yang bersaing
4. Layanan
perusahaan tersebut yang berupa kontrol terhadap keberadaan barang UT harus
teliti mengingat pengiriman suatu barang dilakukan secara bertahap.
Agar pelayanan pada mahasiswa dapat
dilaksanakan dengan baik, UT mengevaluasi kinerja perusahaan jasa angkutan yang
digunakan. Hal ini dilakukan dengan cara menghubungi UPBJJ atau mitra kerja UT
lainnya.Pada saat ini, UPBJJ terdapat di 34 kota di Indonesia yang berfungsi
sebagai tempat penjualan bahan ajar untuk mahasiswa reguler dan sebagai tempat
pendistribusian bahan ajar, terutama untuk mahasiswa PGSD.
D.
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan
diatas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.
a. Dalam
pendistribusian bahan ajar kepada mahasiswa, ada beberapa hal yang perlu
menjadi pertimbangan.
1. Ketersebaran
mahasiswa
3. Keakuran
dan kecepatan pengolahan data
b. Tingginya
volume bahan ajar dan sedikitnya waktu yang tersedia, baik pada saat proses
reproduksi maupun proses penyiapan pendistribusian bahan ajar, menyebabkan
koordinasi antara unit di UT Pusat maupun antara UT Pusat dan UPBJJ harus baik,
agar permintaan dari UPBJJ dapat dilayani dalam waktu yang tepat.
c. Tingginya
frekuensi permintaan dari UPBJJdalam jumlah DO dan waktu kedatangan permintaan
bahan ajar yang serentak dari beberapa UPBJJ, sangat mempengaruhi waktu dan
persiapan pengiriman bahan ajar.
MANAJEMEN UNIT PROGRAM
BELAJAR JARAK JAUH :
PENGALAMAN UPBJJ-UT BANDUNG
Pemenuhan kebutuhan masyarakat akan
pendidikan tinggi yang murah dan berkualitas tanpa meninggalkan aktivitas
rutinnya menjadi hal yang langka di negeri ini. Universitas terbuka (UT) yang didirikan
pada tahun 1984,menerapkan sistem pendidikan tinggi jarak jauh (PTJJ) dalam
menyelenggarakan fungsinya sebagai lembaga pendidikan tinggi.Pada dasarnya,
sistem yang melandasi pendidikan terbuka jarak jauh di UT terdiri dari sistem
dasar (bahan ajar, proses, pembelajaran, dan bahan ujian) dan sistem pengelolaan
(registrasi,evaluasidan distribusi). (Depdiknas,UT,2000)
A. Struktur Organisasi
Struktur formal organisasi UPBJJ-UT yang ditetapkan oleh UT pusat tidak
mencukupi untuk mengakomodasi pekerjaan pekerjaan yang diemban oleh UPBJJ yang
cangkupan wilayahnya cukup luas dan jumlah mahasiswa yang terdaftar cukup besar
seprti UPBJJ-UT Bandung.UPBJJ tipe A dengan jangkauan wilayah kerjanya di 19
kabupaten/kota di Jawa Barat,memiliki tiga wilayah perluasan yang meliputi
Tasikmalaya, Cirebon, dan Purwakarta. Penetapan ketiga kota ini didasari atas
populasi mahasiswa reguler yang cukup besar, merupakan kota tempat ujian
regular dan nonregular.Penyesuaian struktur organisasi tersebut antara lain
mengubah pola pelayanan kepada mahasiswa dari sistem program studi ke sistem
wilayah, dengan membentuk empat kelompok gugus tugas wilayah. Langkah ini
merupakan antisipasi menurunnya jumlah mahasiswa D-II PGSD, adanya perubahan
kebijakan dalam pemerintahan dan diberlakukannya otonomi daerah, serta usaha
untuk meningkatkan jumlah mahasiswa regular.
Pada struktur organisasi UPBJJ-UT Bandung yang
disesuaikan ini, kelompok penanggung jawab wilayah wilayah kabupaten (PJWK)
yang melayani mahasiswa nonreguler dan penanggung jawab program studi (PJPS)
yang melayani mahasiswa regular, dilebur dalam empat kelompok Penanggung Jawab
Pelayanan Mahasiswa (PJPM) wilayah,yaitu:
1.
Wilayah 1 meliputi kabupaten
Bandung,Sumedang,Cianjur,Kota Bandung, dan Cimahi.
2.
Wilayah 2 meliputi kabupaten
Bekasi, Purwakarta, Subang, Karawang, dan Kota Bekasi.
3.
Wilayah 3 meliputi Kabupaten
Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan, dan Kota Cirebon
4.
Wilayah 4 meliputi Kabupaten
Ciamis, Tasikmalaya, Garut, dan Kota Tasikmalaya.
B.
Kepemimpinan
Efektivitas gaya
kepemimpinan yang diterapkan seseorang pada suatu organisasi pada dasarnya
dipengaruhi oleh bagaimana memahami unsur manusia dan bagaimana mencapai tujuan
organisasi melalui penyelesaian tugas. Gaya kepemimpinan partisipatif, yang
setiap anggota dalam kelompok pimpinan diberi peran seuai dengan tugas dan
fungsinya serta berkontribusi dalam setiap keputusan yang diambil. Dengan gaya
kepemimpinan tersebut diharapkan adanya keterbukaan dan kebersamaan.
C.
Manajemen Kegiatan
Dilihat
dari beban kerja yang harus dilaksanakannya, UPBJJ-UT merupakan universitas
kecil atau UT kecil karena seluruh kegiatan UT yang berkaitan dengan aktifitas
mahasiswa berlangsung di UPBJJ-UT. Manajemen kegiatan di UPBJJ Bandung pada
dasarnya mengikuti pola manajemen umum, dimulai dari tahap perencanaan dan
dilanjutkan dengan tahap pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Konsep
pengelolaan kegiatan operasional yang diterapkan adalah dengan melibatkan
seluruh karyawan pada hampir seluruh kegiatan.
Hasil
monitoring dan evaluasi kegiatan dibahas dalam rapat pimpinan, untuk
selanjutnya ditetapkan langkah-langkah perbaikan yang diperlukan dan
dikomunikasikan kepada karyawan melalui rapat khusus. Laporan kegiatan disusun
segera setelah kegiatan berakhit, dikemas dalam bentuk buku, selanjutnya
dikirim ke UT Pusat setiap akhir semester. Laporan hasil kegiatan ini juga
menjadi acuan bagi kegiatan di masa yang akan datang.
1.
Pengelolaan Rekrutmen
dan Registrasi
Karena
mayoritas mahasiswa UT adalah meraka yang telah bekerja, promosi dan rekrutmen
lebih tepat diarahkan kepada kelompok masyarakat yang bekerja, tanpa
mengabaikan kelompok lulusan SMU.Selama ini diketahui bahwa mahasiswa UT
cendrung untuk tidak melekukan registrasi ulang setelah gagal dalam semester
pertama, atau tidak lulus beberapa mata kuliah berulang kali, menunggu hasil
ujian serta diperlukan waktu khusus untuk datang ke UPBJJ karena lokasinya yang
jauh.
Untuk
kelompok ini perlu diupayakan langkah-langkah nyata agar mahasiswa dapat secara
kontinu dan mudah melakukan registrasi ulang, antara lain dengan menempatkan
staf UPBJJ di BRI Cabang menjelang penutupan registrasi. Upaya lain yang dapat
dilakukan adalah dengan menempatkan staf BRI di UPBJJ tiga hari menjelang
penutupan dan memperlakukan hari kerja bagi seluruh karyawan pada sabtu dan
Minggu terakhir masa registrasi.
2.
Pengelolaan Bahan Ajar
Perkiraan kebutuhan
bahan ajar dapat dilakukan berdasarkan data registrasi mata kuliah pada periode
sebelumnya, dengan kosentrasi pada program studi yang jumlah mahasiswa cukup
banyak.Sudah menjadi rahasia umum bahwa bahan ajat UT dipakai oleh banyak
Perguruan Tinggi, baik negeri maupun swasta, sedangkan penjualan bahan ajar UT
terbatas pada UPBJJ dan beberapa toko yang ditunjukdi kota UPBJJ.
3.
Pengelolaan Bantuan Belajar
dan Kemahasiswaan
Melihat komposisi
mahasiswa UT yang pada umum nya sudah bekerja, andragogi menjadi pilihan dalam
mengelola kegiatan bantuan belajar dan kemahasiswaan.
a. Bantuan
Belajar
Walaupun banyak bentuk
layanan bantuan belajar yang ditawarkan oelh UT, tutorial tatap muka masih
merupakan bentuk layanan bentuan belajar yang paling diminati oleh mahasiswa.
Untuk UPBJJ yang lokasinya kurang strategis, harus ada kiat-kiat khusus untuk
menarik minat mahasiswa mengikuti tutorial tatap muka bagi program reguler dan
jeli menawarkan mata kuliah yang akan ditutorialkan, seperti yang dilaksanakan
di UPBJJ-UT Bandung.
b. Kemahasiswaan
Kegiatan kemahasiswaan
lebih difokuskan pada kegiatan bidang akademik melalui pengembangan kreatifitas
yang meliputi bidang penalaran, bakat, dan minat serta kesejahteraan mahasiswa.
Walaupun di UPBJJ-UT Bandung belum besar dan hanya melibatkan sedikit
mahasiswa, intensitas dan kualitas dari kegiatan ini menunjukkan kenaikan
dibandingkan masa sebelumnya.
4.
Pengelolaan Praktikum
dan Praktek
Kegiatan
praktikum untuk program reguler dapat dilaksanakan di lokasi yang berdekatan
dengan domisili mahasiswa, dengan persyaratan bahwa praktikum harus memenuhi
kelengkapan alat praktikum dan ketersediaan tenaga supervisor. Untuk mata
kuliah berpraktek, observasi dilakukan di masing-masing sekolah, sedangkan
praktek dan ujian dilakukan di sekolah yang telah ditetapkan.
5.
Pengelolaan Ujian,
Nilai dan Ijazah
Untuk
UPBJJ dengan jumlah mahasiswa yang cukup brsar, pelaksanaan ujian reguler
dikota tempat ujian yang ditetapkan oleh UT untuk program reguler serta
disetiap kabupaten/kota untuk program non reguler tidak ada kendala. Kondisi
ini berbeda untuk UPBJJ dengan jumlah mahasiswa yang relatif kecil. Untuk
menjaga agar kepentingan akademik tidak terabaikan, beban operasional yang
harus diemban cukup besar, sehingga perlu penanganan khusus. Apalagi, instansi
perguruan tinggi dan sekolah yang selama ini digunakan sebagai tempat ujian
reguler menerapkan peraturan yang berbeda dalam hal penggunaan fasilitas yang dimilikinya.
Penanganan
kasus nilai, baik untuk program reguler maupun nonreguler dikoordinasi oleh
seorang PJPM yang khusus ditugaskan dengan kendali koordinator ujian. Secara
berkala kasus-kasus nilai yang muncul dihimpun, kemudian dibawa ke UT Pusat
untuk diselesaikan. Mekanisme ini ternyata menghasilkan penyelesaian yang cepat
dan tuntas sehingga tidak lagi terjadi penumpukan nilai di UPBJJ-UT Bandung
seperti pada waktu sebelumnya.
Di
UPBJJ-UT Bandung seluruh ijazah dan transkrip yang diterima dari UT Pusat
diarsipkan oleh seorang petugas yang secara khusus ditunjuk untuk menangani
masalah ijazah. Untuk program nonreguler, pengarsipan ijazah dilakukan
berdasarkan kecamatan/kabupaten/kota serta abjad sedangkan untuk program
reguler pengarsipan dilakukan berdasarkan program studi. Semuanya dilakukan
untuk memudahkan dalam penelusuran pada saat diperlukan. Administrasi keuangan
pengelolaan ijazah dilaporkan sebulan sekali kepada bendahara UPBJJ-UT Bandung.
6.
Pengelolaan SDM
Mayoritas
kegiatan di UPBJJ-UT adalah kegiatan administrasi. Oleh karena itu, diperlukan
upaya-upaya kreatif untuk meningkatkan kemampuan dan wawasan keilmuan bagi
karyawan UPBJJ-UT. Akibat minimnya karya penelitian dan pengabdian masyarakat yang
dihasilkan, mulai awal tahun 2003 seluruh tenaga akademik diwajibkan untuk
menghasilkan minimal salah satu karya tersebut, dengan supervisi Lembaga
Penelitian UT. Karya ilmiah tersebut harus diseminarkan pada forum seminar
akademik intern yang juga mengundang dosen perguruan tinggi pembina yang selaras
dengan topik seminar.
Peningkatan
keterampilan bagi karyawan administrasi juga diupayakan melalui keikutsertaan
pada kegiatan pelatihan, seperti pelatihan komputer, pelayanan prima baik yang
diadakan UT, Depdiknas, maupun lembaga lainnya.
7.
Pengelolaan Sarana dan
Prasarana
Sebagian
besar UPBJJ belum memiliki gedung sendiri sehingga sulitbagi UPBJJ untuk
melakukan pengembangan sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan semakin mendesak
untuk meningkatkan pelayanan kepada mahasiswa. Yang dapat dilakukan adalah dengan
melakukan perawatan seperlunya terhadap fasilitas yang ada serta mengoptimalkan
penggunaan ruang yang tersedia.
8.
Pengelolaan Keuangan
Seluruh
anggaran kegiatan di UPBJJ-UT dikelola dengan menggunakan dana kegiatan yang
diterima dari UT Pusat, sedangkan pengaturannya didasarkan pada kebijakan
masing-masing UPBJJ, sesuai dengan peraturan yang berlaku di UT. Di UPBJJ-UT
Bandung seluruh anggaran kegiatan dikelola oleh bendahara dan jika dimungkinkan
sebagian anggaran disesuaikan untuk kepentingan kesejahteraan karyawan, atau
penambahan serta perawatan fasilitas sarana dan prasaranakerja. Untuk itu,
pengawasan dan kendali anggaran pada suatu kegiatan yang sedang berlangsung
dilaksanakan secara ketat.
9.
Pengelolaan Kerja Sama
Dengan
diberlakukannya otonomi daerah, setiap UPBJJ-UT dituntut untuk proaktif dalam
mewujudkan kerja sama dengan berbagai pihak terutama dengan pemerintah daerah,
dengan pola yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah. Pengelolaan
kerja sama yang dilaksanakan di UPBJJ-UT Bandung disesuaikan dengan
karakteristik setiap kabupaten/kota. Setiap informasi dari UT Pusat yang
berkaitan dengan kegiatan kerja sama diteruskan ke Pemda serta Komisi E DPRD
kabupaten/kota melalui surat. Kemudian setiap PJPM akan memonitor sampainya
informasi dan menanyakan kemungkinan adanya kerja sama kepada pengelola daerah
melalui telepon. Konfirmasi yang diperoleh ditindak lanjuti dengan kegiatan
sesuai dengan permintaan daerah, seperti sosialisasi program atau langsung
penyampaian draft kontrak kerja sama.
Untuk
sebagian besar kabupaten/kota, proses penandatanganan naskah kontrak kerja sama
relatif sederhana. Pertama-tama naskah kontrak kerja sama ditandatangani oleh
Kepala UPBJJ di kantor UPBJJ kemudian naskah tersebut dikirim ke kabupaten/kota
untuk ditandatangani oleh pejabat yang berwenang. Dukungan dan kepedulian yang
besar dari sebagian pimpinan daerah beserta jajarannya terhadap pengembangan
SDM didaerah serta kepercayaan yang tinggi terhadap UT untuk melaksanakan
program pendidikan, memperlancar perwujudan kontrak kerja sama dan pemberian
fasilitas pendukung kegiatan mahasiswa.
10. Koordinasi
dengan Mitra Kerja dan Perguruan Tinggi Pembina
Untuk
memperlancar kegiatan di UPBJJ-UT koordinasi dan komunikasi dengan mitra kerja perlu
diupayakan terus menerus. Di UPBJJ-UT Bandung, koordinasi secara tatap muka
dengan pengelola daerah dan tutor dilaksanakan dua kali setahun dan dilakukan
sebelum dimulainya kegiatan tutorial nonreguler. Koordinasi dengan pengelola
dilakukan dalam bentuk rapat koordinasi sedangkan dengan tutor dalam bentuk
kegiatan pembelakan tutor.
Hasil
kegiatan ini berupa persiapan kegiatan tutorial yang meliputi penyusunan
jadwal, rekrutmen tutor dan penetapan lokasi tutorial serta hal-hal lain yang
berkaitan dengan registrasi, bahan ajar, nilai dan kerjasama. Kerja sama dengan
BRI dilakukan pada saat kegiatan registrasi program reguler berlangsung, berupa
pemberian layanan pembayaran biaya pendidikan di UPBJJ-UT Bandung selama tiga
hari menjelang penutupan registrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Asandhimitra,
dkk. 2004. Pendidikan Tinggi Jarak Jauh.
Jakarta : Pusat Penerbit Universitas Terbuka
Holmberg
Borje. 1992. Theory and Practice of
Distance Education. New York : Routladge
No comments:
Post a Comment